Books
Pramoedya Ananta Toer: Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
Memaknai Diri sebagai Perempuan Indonesia
Judul buku : Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Jumlah halaman : ix + 248 halaman
Ukuran buku : 13,5 x 20 cm
Cetakan : Cetakan ketujuh, Juni 2001
Seperti biasa, karya Pramoedya Anantra Toer ini tidak terlepas dari sejarah. Buku yang diberinya judul Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer tidak tertulis secara jelas masuk dalam salah satu kategori jenis buku. Meski demikian, buku ini dapat saya kategorikan sebagai sebuah laporan Pramoedya mengenai perjalanannya mengabadikan para perempuan Indonesia pada masa penjajahan Jepang sampai sesudahnya. Hal tersebut didasari Pram sebagai bentuk keperihatinannya terhadap keterlupaan sejarah mereka (para perawan remaja Indonesia masa penjajahan Jepang). Sebagai bentuk laporan ekspedisi Pram mengenai nasib mengerikan yang dialami perawan remaja Indonesia zaman Jepang ini terlihat disajikan Pram sedikit berbeda. Pram menyajikannya dalam bentuk pengisahan yang dilengkapi percakapan-percakapan layaknya sebuah novel.
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer adalah sebuah kisah yang disajikan Pram mengenai nasib para perawan remaja Indonesia pada masa penjajahan Jepang, yaitu tahun 1943 sampai setelahnya, yaitu sekitar tahun 1979. Kisah mengenai nasib mengerikan perawan remaja Indonesia pada saat itu sering kali tidak diketahui para generasi bangsa Indonesi. Hal tersebutlah yang kemudian mendasari Pram untuk menulis mengenai perihal-perihal yang terjadi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia terhadap para perawan remaja Indonesia.
Pram, melalui bukti-bukti yang dimilikinya kemudian mengisahkan bahwa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1943 banyak perawan remaja Indonesia yang mengalami tindakan sangat jauh dari kemanusiaan. Hal ini dimulai dari janji-janji Jepang kepada para perawan remaja Indonesia dengan memberikan kesempatan untuk bersekolah ke Tokyo, Jepang. Tujuannya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, seperti menjadi perawat dan pendidik. Nantinya, mereka akan dikembalikan ke Indonesia untuk menyongsong kemerdekaan Indonesia dan bekerja untuk bangsanya.
Janji-janji Jepang tersebut kemudian menarik minat, baik yang berminat maupun yang terpaksa karena satu dan lain hal para perawan remaja untuk bersekolah ke Tokyo. Beberapa perawan remaja yang disebutkan Pram dalam buku ini kebanyakan berasal dari Jawa. Setelah mereka dengan sukarela atau terpaksa menuruti janji Jepang, keadaan kemudian berubah menjadi mengerikan dan sadis. Para perawan remaja tersebut ternyata tidak dikirim ke Tokyo untuk bersekolah, melainkan disebar ke berbagai daerah untuk dijadikan sebagai pelayan--mengerikannya disebut budak--seks tentara Jepang yang ketika itu sedang dalam Perang Dunia II.
Mimpi-mimpi perawan remaja pada waktu itu lenyap, bahkan kehidupannya sangat tragis. Kesedihannya tidak berhenti sampai di situ. Setelah Jepang menyerah dalam PD II, nasib para perawan remaja tersebut semakin memperihatinkan. Mereka ditelantarkan begitu saja di tempat-tempat yang mereka tidak tahu. Kemudian, penderitaan mereka semakin menjadi ketika mereka harus menerima hidup di wilayah-wilayah "buangan" mereka dan berakhir dengan menjadi istri-istri orang-orang adat pedalaman. Hal tersebut menjadikan mereka terikat dengan adat dan semakin menderita. Pram bahkan mengisahkan sampai pada akhir hayat beberapa perawan remaja yang ditemuinya meninggal dengan sangat mengenaskan.
Kebiadaban, kemalangan, penderitaan, kesedihan, siksaan, dan ikatan adat menimpa para perawan remaja Indonesia sejak 1943 sampai akhir hayatnya. Seperti diungkapkan Pram, "Mengapa kau diam saja Ibu, Ibu? Lihatlah, ini aku datang menjengukmu. Apa aku bisa perbuat untukmu? Betapa sengsara hidupmu. Kau pergi meninggalkan kampung halaman dan keluarga untuk belajar, untuk bisa mengabdi lebih baik kepada nusa dan bangsa dan untuk dirimu sendiri. Keberangkatanmu direstui dan didoakan selamat oleh orang tuamu. Dan kau fasis Jepang, kau telah menganiaya, memerkosanya, merusak semua harapan indahnya. Kau jatuh ke tangan orang-orang gunung ini, yang mengenalmu hanya sebagai wanita dan harta."
Pramoedya benar-benar mengisahkan peristiwa dengan sangat baik, sehingga pembaca sangat mudah ikut terbawa emosi dalam cerita. Berbagai hal lain seperti latar belakang sejarah dan data-data yang kuat yang ditulis Pram dalam buku ini semakin menambah wawasan pembaca. Berbagai hal mengenai sejarah dapat pembaca ambil dari hanya membaca buku ini. Selain itu, yang paling penting Pram benar-benar dapat membuat pembaca buku ini (terutama kaum perempuan) larut dalam emosi dan dapat mengambil banyak pelajaran untuk menjadi perempuan Indonesia yang lebih baik dan tidak pernah melupakan keberadaan mereka yang "terlupakan".
Meski demikian, sajian cerita yang sangat banyak menggunakan bahasa daerah pedalaman Buru menjadilakn membaca buku ini tidak bisa dilakukan dengan cepat. Hal tersebut dikarenakan perlu ketelitian dan pemahaman terhadap maksud dari bahasa yang disampaikan dalam teks. Selain itu, isinya yang sangat padat dan berat mengenai sejarah menjadikan pembaca harus mengingat-ingat bagian ceritanya dan hal tersebut sulit dilakukan.
Secara keseluruhan, buku ini sangat baik dibaca oleh perempuan remaja Indonesia (secara khusus) dan yang berusia di atasnya secara umum, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini karena dengan membaca buku karya Pramoedya berjudul Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer ini akan membuka wawasan pembacanya untuk tidak pernah melupakan sejarah sekaligus belajar dari sejarah agar nasib generasi penerus bangsa tidak seperti para perawan remaja yang dikisahkan Pramoedya.
Surakarta, 28 Juni 2020
Posting Komentar
0 Komentar