Okky Madasari: Entrok

 Belajar Saling Memahami 

Resensi Buku Entrok Karya Okky Madasari

Judul Buku            : Entrok 
Pengarang             : Okky Madasari 
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama 
Jumlah halaman    : 288 halaman 
Ukuran buku         : 20 cm 
Cetakan                 : Ketiga, April 2016

    Entrok adalah karya novel pertama Okky Madasari. Seperti biasa, karyanya selalu mendalami hal-hal sosial yang luput dari pandangan orang awam. Novel Entrok ini, misalnya, menceritakan mengenai sesuatu yang sejatinya ada dalam hati paling dalam manusia yang seorang pun semestinya tidak mengetahui, akan tetapi banyak yang ingin mengetahui atau bahkan berhak menilai. Ketidakbijaksanaan setiap orang mengakibatkan penilaian menjadi sesuatu yang mematikan, bahkan kata Okky, "Dia sudah mati jauh-jauh hari bahkan sebelum kematian itu datang" (Madasari, 2016:275). 
    Novel ini bercerita mengenai kehidupan seorang ibu dan seorang anak. Menjalani hidup pada pilihannya masing-masing menjadikan setiap individunya saling merasa paling benar. Perasaan kebenaran mutlak tersebutlah yang menjadikan urusan-urusan yang seharusnya tidak diketahui orang lain menjadi suatu hal yang dapat dihakimi. Hal tersebut tidak berbeda dalam sebuah masyarakat yang digambarkan Okky. Masing-masing anggota masyarakat merasa dirinya benar (jadi, orang lain salah). Benar adalah sesuatu yang selalu dilekatkan orang pada dirinya sendiri. Sedangkan, salah adalah suatu hal yang selalu dilekatkan kepada orang lain. Rasa ketidakmauan memahami orang lain lama-lama menjadi pembunuh, baik secara langsung maupun perlahan. 
        Kerennya, meski menjadi novel pertama, cerita yang Okky Madasari buat berhasil menjadikan hati dan otak saya berkecamuk ketika membaca. Jarang-jarang, hati dan otak saya pas dalam kedua tokoh yang dikisahkan. Sering, saja jadi pembaca yang emosional ketika berada di sudut pandang tokoh ibu atau perasaan kesal ketika ada di sudut pandang anak. Okky Madasari benar-benar luar biasa dalam menyajikan sudut pandang yang berganti-ganti pada masing-masing cerita. Novel ini juga menyiratkan banyak sekali nilai kehidupan yang dapat diambil pembacanya. Bahkan, sepertinya semua nilai kehidupan sangat komplit dalam novel ini. 
        Banyaknya kelebihan tersebut sepertinya dapat menutupi kekurangan, yang sepertinya hanya karena ketidakmampuan saya dalam memahami bagian akhir cerita. Terutama ketika keinginan tokoh ibu menikahkan anaknya gagal yang tiba-tiba menjadi seolah mengigau atau, entahlah, saya kurang bisa memahaminya. 
        Meski demikian, novel ini keseluruhan sangat baik dan mengandung nilai-nilai kehidupan yang lengkap sehingga pembaca dapat mengambil manfaat dari membaca karya ini. Akan tetapi, novel ini tidak saya rekomendasikan untuk dibaca anak kecil. Kalangan dewasa dan selebihnya sangat saya rekomendasikan untuk membaca novel ini, minilam untuk mendapat pelajar agar saling menghargai sesama. 

*Resensi ini dibuat berdasarkan subjektifitas pembaca, Umi Amanah. 

Surakarta, 15 Agustus 2020 

Posting Komentar

0 Komentar