Jamal Ma`mur Asmani: Agar Hati Tidak Keras (Edisi Bahasa Indonesian)
Jamal Ma`mur Asmani: Agar Hati Tidak Keras (Edisi Bahasa Indonesian)
Saya merasa "kosong" beberapa hari belakangan ini. Bukan karena kesepian, sibuk, atau bahkan sakit, sekedar kosong saja, begitu tepatnya. Perasaan kosong menurut saya sangat menakutkan. Alhamdulillah, insyaAllah hari ini lebih baik (perasaan saya).
.
Ceritanya dalam kekosongan tadi, saya melihat-lihat sekitar ruangan saya. Saya perlu sesuatu untuk lepas dari perasaan paling menakutkan, yaitu merasa kosong. Syukurlah, bahwa saya melihat tumpukan buku yang salah satunya karya Jamal Ma'mur Asmani berjudul Agar Hati Tidak Keras.
Saya mengambil buku tersebut dan membacanya selama dua hari ini. Simpulan dari buku ini, bahwa Jamal Asmani ingin menjelaskan mengenai "hati" sebagai sesuatu yang paling "mengerikan". Hal ini karena hati dapat "menerangkan" atau "menggelapkan" pemiliknya.
Hati layaknya pisau bermata dua, yaitu dapat membawa pemiliknya kepada cahaya atau kegelapan. Hal ini tergantung pada pemiliknya, seseorang yang perlu memahami seluk-beluk hati, penyakit-penyakit, godaan-godaan, musuh-musuh, pendidikan, upaya agar hati tidak keras, dan mencontoh pada yang lebih baik (Asmani, 2014:1--186).
.
Saya pikir, pengetahuan tersebut perlu diketahui oleh para pemilik hati, salah satunya saya. Hal ini agar hal-hal yang baik harus dilakukan dan yang buruk harus dikendalikan atau bahkan ditinggalkan untuk menentukan balasan (feedback) hati kepada pemiliknya.
Perlakuan kita terhadap hati menentukan balasan yang diberikan hati kepada kita. Pada hal ini, hati akan menerangi kita atau membuat kita berada di dalam kegelapan. Tentunya karena hati adalah hal paling penting dalam diri manusia, yaitu sebagai pengendali semua organ baik fisik maupun akal.
Perasaan kosong yang saya alami, menurut saya karena ada banyak hal yang kurang baik yang saya lakukan sehingga berakibat pada hati saya tidak bisa merasakaan sesuatu (kosong). Alhamdulillah, setelah membaca buku ini saya merasa lebih baik karena banyak hal yang saya koreksi dan perlu diperbaiki.
Pak Asep Yudha Wirajaya pernah mengatakan mengenai pentingnya "membaca". Selaras dengan wahyu pertama Allah Swt. melalui surat Al-Alaq (96):1--5, tepatnya pada ayat 1, yaitu "iqra" yang berarti "bacalah". Sangat bermanfaat.
.
Ceritanya dalam kekosongan tadi, saya melihat-lihat sekitar ruangan saya. Saya perlu sesuatu untuk lepas dari perasaan paling menakutkan, yaitu merasa kosong. Syukurlah, bahwa saya melihat tumpukan buku yang salah satunya karya Jamal Ma'mur Asmani berjudul Agar Hati Tidak Keras.
Saya mengambil buku tersebut dan membacanya selama dua hari ini. Simpulan dari buku ini, bahwa Jamal Asmani ingin menjelaskan mengenai "hati" sebagai sesuatu yang paling "mengerikan". Hal ini karena hati dapat "menerangkan" atau "menggelapkan" pemiliknya.
Hati layaknya pisau bermata dua, yaitu dapat membawa pemiliknya kepada cahaya atau kegelapan. Hal ini tergantung pada pemiliknya, seseorang yang perlu memahami seluk-beluk hati, penyakit-penyakit, godaan-godaan, musuh-musuh, pendidikan, upaya agar hati tidak keras, dan mencontoh pada yang lebih baik (Asmani, 2014:1--186).
.
Saya pikir, pengetahuan tersebut perlu diketahui oleh para pemilik hati, salah satunya saya. Hal ini agar hal-hal yang baik harus dilakukan dan yang buruk harus dikendalikan atau bahkan ditinggalkan untuk menentukan balasan (feedback) hati kepada pemiliknya.
Perlakuan kita terhadap hati menentukan balasan yang diberikan hati kepada kita. Pada hal ini, hati akan menerangi kita atau membuat kita berada di dalam kegelapan. Tentunya karena hati adalah hal paling penting dalam diri manusia, yaitu sebagai pengendali semua organ baik fisik maupun akal.
Perasaan kosong yang saya alami, menurut saya karena ada banyak hal yang kurang baik yang saya lakukan sehingga berakibat pada hati saya tidak bisa merasakaan sesuatu (kosong). Alhamdulillah, setelah membaca buku ini saya merasa lebih baik karena banyak hal yang saya koreksi dan perlu diperbaiki.
Pak Asep Yudha Wirajaya pernah mengatakan mengenai pentingnya "membaca". Selaras dengan wahyu pertama Allah Swt. melalui surat Al-Alaq (96):1--5, tepatnya pada ayat 1, yaitu "iqra" yang berarti "bacalah". Sangat bermanfaat.
Posting Komentar
0 Komentar