Okky Madasari : 86

 Membaca Realita dalam Sastra 

Novel 86 Okky Madasari

Resensi Novel 86 Karya Okky Madasari

Judul buku                : 86 (Sebuah Novel) 

Penulis                      : Okky Madasari 

Penerbit                    : Gramedia Pustaka Utama 

Tebal buku                : 256 halaman 

Tahun terbit              : 2017 (Cetakan Kelima) 

Jenis buku                : Fiksi Novel 


    86 adalah novel kedua karya Okky Madasari. Sebelumnya, ia telah menerbitkan novel pertamanya, yaitu Entrok. Okky Madasari termasuk salah satu penulis yang sangat produkti, terutama dalam karya-karya sastra, seperti novel. Memiliki latar belakang jurnalis berita, menjadikan beberapa karyanya sangat lekat dengan muatan-muatan sosial yang dalam, terlebih yang berkaitan dengan persoalan hukum, demokrasi, dan lain sebagainya. Hal tersebut yang menjadikan novel 86 tidak jauh berbeda dengan karya-karya Okky yang lain, yaitu memuat hal-hal pelik seputar polemik atau persoalan suatu individu di antara kelompoknya, baik kelompok "kecil" maupun "besar" (dibaca negara). 

    Latar belakang Okky Madasari sebagai seorang jurnalis sangat terlihat dalam novel ini. Hal tersebut juga yang menjadikan saya akhirnya tercerahkan mengenai suatu hal yang selalu membuat saya penasaran. Apa arti sebuah ungkapan 86 yang tentunya sering digunakan oleh beberapa kalangan orang? Berkat membaca novel ini, saya pun bahakan baru tahu dan mencoba memahaminya. Istilah atau ungkapan 86 diartikan oleh beberapa orang dalam kelompok atau keadaan tertentu sebagai ungkapan penyanggupan untuk membereskan, menyanggupi, mengurus, atau menyelesaikan suatu hal atau persoalan. 

    Novel 86 ini disajikan penulis dengan mengangkat cerita mengenai seorang bernama Arimbi yang bekerja sebagai staff di kantor Kejaksaan Agung. Kehidupannya yang biasa kemudian menjadi berbeda ketika keinginannya menjadikan ia melakukan hal-hal yang "biasa" dilakukan kebanyakan orang-orang di lingkungannya. Keputusannya bahkan menjadikannya tersangkut kasus korupsi, dipenjara, biseksual, narkoba, dan kesulitan menata kehidupannya yang "biasa", yang dahulu justru tentram meski dibilang biasa. Permasalahan yang dialami Arimbi seolah seperti pepatah terkenal, yaitu ketika seseorang membuat suatu permasalahan pasti akan dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan berikutnya. Hal ini karena suatu masalah pasti akan berdampak kepada hal-hal lain dalam kehidupan seseorang. 

    Okky Madasari sebagai penulis yang memiliki latar belakang jurnalis berhasil menyajikan novel ini sangat luar biasa. Cerita seoal Arimbi yang dihadapkan pada beberapa masalah diceritakan layaknya sebuah laporan khusus atau dalam dunia jurnalistik seperti dibuat film dokumenter. Pembaca seolah dibawa ke dalam sajian-sajian laporan berita yang nyata. Sering kali bahkan terasa tidak seperti sedang membaca karya fiksi. Sebagai pembaca yang juga menyukai dunia jurnalis dan sangat sering menonton laporan-laporan khusus, dokumenter, dan lain sebagainya menjadikan saya seperti sedang menonton film dokumenter atau laporan khusus, tidak seperti sedang membaca novel. Okky juga berhasil menyajikan bahasa berita dalam sastra. 

    Banyak sekali keunggulan yang dimiliki novel ini, diantaranya adalah mengenai muatan yang sangat dekat dengan setiap pembaca, yaitu mengenai risiko-risiko keputusan yang diambil seseorang dalam pekerjaannya, dalam kehidupan pribadinya, serta dalam lingkungan sosialnya, kemudian amanat berbagai aspek kehidupan yang sangat dalam, sajian konnflik yang sangat panjang dan membuat penasaran, serta awalan yang tidak berbelit-belit. Selain itu, dari segi struktur buku, bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami dan penyajian cover buku yang menurut saya sangay impressive karena baru kali ini saya membaca buku yang simbol di covernya sangat mewakili isi di dalamnya. 

    Kelebihan tersebut sepertinya sangat dimaklumi karena dapat menutupi kekurangan sangat sedikit dalam buku ini, yaitu mengenai penyelesaian cerita yang menurut saya kurang detail. Hal ini terlebih mengenai penangkapan suami Arimbi sebagai pengedar sabu-sabu. Akan tetapi kekurangan tersebut sangat tidak dapat mengurangi berbobotnya sekaligus luar biasanya buku ini. 

    Sebagai pembaca, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca kalangan minimal usia remaja. Hal ini karena salah satu tema yang diangkat Okky Madasari adalah mengenai perilaku biseksual tokoh yang perlu pemahaman tersendiri ketika membacanya. Meski demikian, buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca sesuai umur yang telah saya sarankan. Tentunya karena banyak pelajaran yang dapat diambil dari membaca buku ini. Selamat membaca! 

Surakarta, 27 September 2020 

Posting Komentar

0 Komentar